Gotong-Royong

<< Selamat atas Pelantikan Muhammad Rizal sebagai Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat 2020-2024>>

Selasa, 23 Oktober 2018

Worksop Pengembangan Ekowisata Pantai Poto Poyang


Kawasan Pantai Poto Poyang  di Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang mempunyai daya tarik yang eksotik.  Pantai Poyang berada di sebelah barat Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh. Pantai berpasir hitam ini mempunyai panjang garis pantai 1,5 km dengan ombak yang tenang sehingga cocok untuk kegiatan wisata keluarga, berenang dan memancing ikan.
Pantai Poyang dan Labu Rea dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 melalui jalan usaha tani sepanjang 1,7 km dari Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh ke arah barat. Pantai Poyang dan Labu Rea juga telah terjangkau jaringan komunikasi telepon seluler sehingga memudahkan komunikasi ke semua tujuan.
Untuk menambah kenyamanan pengunjung pantai, pada Tahun 2013 Pemerintah melalui Dinas Pariwisata telah menyediakan 12 unit beruga (gazebo) untuk tempat bersantai menikmati pemandangan laut. Demikian juga PT. Newmont Nusa Tenggara pada Tahun 2013 telah menyediakan berbagai sarana bermain bagi anak-anak. Namun demikian, dalam 5 tahun terakhir ini berbagai fasilitas yang telah disediakan di kawasan pantai wisata ini tidak terawat dengan baik. Sehingga potensi ini belum berkembang secara optimal dan belum mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya.
Oleh karena itu, Lembaga Riset dan Pengembangan Desa (RiPED) bersama Pemerintah Desa Dasan Anyar dan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) "Pantai Poyang" mengambil inisiatif untuk menyusun rencana pengembangan potensi pariwisata ini. Perencanaan pengembangan potensi pariwisata ini dilakukan  secara bertahap pada selama bulan September 2018 hingga 16 Oktober 2018yang dimulai dengan pengkajian pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dengan menggunakan Metode ZOPP (ziel orientierte projekt planung).
Hasil pengkajian ini diharapkan mampu menemukan berbagai permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan potensi pariwisata di Kawasan Pantai Poto Poyang, merumuskan  definisi  yang  jelas dan   realistis  tentang  tindakan-tindakan  yang  diperlukan untuk  mencapai   tujuan-tujuan  pengembangan pariwisata yang dibutuhkan, merumuskan alternatif kegiatan yang diperlukan dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, menganalisis para pihak beserta kepentingan dan perannya dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, dan menghasilkan  rancangan  proyek  sebagai  landasan  kerjasama  untuk  pelaksanaan, pengendalian  dan  evaluasi   program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kawasan Pantai Poto Poyang.
Seluruh rangkaian kegiatan ZOPP ini akan diselenggarakan di Gallery Rapulung Artshop yang dihadiri oleh berbagai pihak seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan, unsur dari Kantor Camat Jereweh, pemerintah Desa, BPD, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Poto Poyang, Kepala Dusun, RT dan wartawan media massa cetak dan online.
Hasil kegiatan ZOPP Pengembangan Pantai Poto Poyang dapat diunduh di sini.

Sabtu, 30 Desember 2017

Strategi Pengembangan Potensi Sumberdaya Kelautan di Kabupaten Sumbawa Barat

Pendahuluan
Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat sekitar 17.500 lebih dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Fakta fisik inilah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia.
Selain peran geopolitik, wilayah laut kita juga memiliki peran geokonomi yang sangat penting dan strategis bagi kejayaan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia, Indonesia diberkahi Tuhan YME dengan kekayaan laut yang sangat besar dan beraneka-ragam, baik berupa sumberdaya alam terbarukan (seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumputlaut, dan produk-produk bioteknologi); sumberdaya alam yang takterbarukan (seperti minyak dan gas bumi, emas, perak, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya); energi kelautan sepertipasang-surut, gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); maupun jasa-jasa lingkungan kelautan seperti pariwisata bahari dan transportasi laut.
Oleh karena itu, potensi kelautan sangat penting dikembangkan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan kelautan tersebut diawali dengan adanya isu-isu permasalahan yang ada dan ditindaklanjuti dengan upaya pengelolaan kelautan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan, terpadu, desentralisasi pengelolaan, pemberdayaan masyarakat dan kerjasama internasional.
Potensi dan peluang pengembangan potensi kelautan meliputi (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan dan perikanan, (5) pengembangan pulau-pulau kecil, (6) pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam, (7) deep sea water, (8) industri garam rakyat, (9) pengelolaan pasir laut, (10) industri penunjang, (11) pengembangan kawasan industri perikanan terpadu, dan (12) keanekaragaman hayati laut.
Kabupaten Sumbawa Barat yang berlokasi pada koordinat 116o42’00’’- 117o08’00’’ bujur timur dan 8o22’00’’ - 9o05’00’’ lintang selatan dengan garis pantai sepanjang 167,8 km mempunyai potensi sumberdaya kelautan yang tidak kalah seperti di bagian utara yang terbentang antara Labuhan Poto Tano sampai Labuhan Sepakek di Kecamatan Seteluk berkembang pesat pertambakan, sedangkan di bagian tengah yaitu Kecamatan Taliwang seperti di Teluk Labuhan Lalar yang dikembangkan sebagai sentra budidaya mutiara laut. Sementara itu di bagian selatan seperti Maluk dan sekitarnya yang merupakan pusat berkembangnya wilayah pariwisata bahari. Potensi pariwisata lainnya seperti Gugusan Gili Balu, Kenawa, Pantai Jelenga, Labuhan Balat dan sebagainya. Potensi kelautan lainnya yang mempunyai peluang besar untuk dikembangkan adalah potensi perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya.
Namun, selama ini potensi laut tersebut belum dikembangkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada diperlukan strategi dan kebijakan yang tepat guna lebih mengembangkan potensi yang ada secara efektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa Barat.

Rabu, 04 Oktober 2017

Worksop Pengembangan Ekowisata Kawasan Pantai Jelenga


Kawasan Pantai Jelenga di Desa Beru Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang mempunyai daya tarik yang eksotik.  Pantai ini mempunyai ombak yang sangaat cocok untuk olahraga surfing. Beberapa titik di perairan Pantai Jelenga sangat cocok untuk kegiatan diving dan snorkeling.  Selain itu, pemandangan Pantai Jelenga juga sangat eksotik dengan sunset yang indah dan landskip yang diapit perbukitan indah.
Popularitas ombak Pantai Jelenga sudah dikenal luas hingga ke mancanegara. Beberapa event selancar kelas dunia pernah diselenggarakan di Pantai Jelenga. Bahkan perusahaan travel yang beroperasi secara online bernama BookSurfCamps.com mencatat Pantai Jelenga sebagai salah satu dari 235 destinasi surfing dunia yang direkomendasikan untuk dikunjungi para surfer.
Namun demikian, potensi ini belum dikembangkan secara optimal sehingga belum mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Hal ini terkait dengan masih minimnya perhatian berbagai pihak dalam pengembangan pariwisata di Pantai Jelenga.
Oleh karena itu, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) "Alam Asri" dan Kelompok Masyarakat Pengawas Pantai (POKMASWAS) "Batu Layar" mengambil inisiatif untuk mengembangkan potensi pariwisata ini. Dengan difasilitasi oleh Lembaga Riset dan Pengembangan Desa (RiPED), Pokdarwis "Alam Asri" dan Pokmaswas "Batu Layar"  secara bertahap pada selama bulan September 2017 hingga 3 Oktober 2017 telah menyelenggarakan pengkajian pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dengan menggunakan Metode ZOPP (ziel orientierte projekt planung).
Metode ZOPP ini merupakan salah satu metode yang kerap kali dipergunakan dalam penyusunan rencana program pengembangan masyarakat oleh lembaga kerjasama internasional Jermal GTZ/GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit).
Hasil pengkajian ini diharapkan mampu menemukan berbagai permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Jelenga sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang unggul. Berangkat dari berbagai permasalahan yang ditemukan kemudian disusun rangkaian kegiatan yang mendukung program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Hasil kegiatan ZOPP Pengembangan Kawasan Pantai Jelenga dapat diunduh di sini.

Senin, 15 Agustus 2016

Potensi Pengembangan Floating Agriculture System di Lebo Taliwang



Awal tahun 2016 lalu Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Sumbawa Barat merilis data bahwa 79% sayuran yang beredar di Kabupaten Sumbawa Barat masih didatangkan dari luar daerah. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui BKP5K tengah berupaya mengurangi pasokan sayuran dari luar daerah dengan meningkatkan produksi di dalam daerah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pengembangan demfarm dan demplot hortikultura di berbagai kecamatan.
Terkait dengan rendahnya produksi sayuran ini, ada beberapa factor pembatasnya terutama yang terkait dengan iklim khususnya ketersediaan air dan tentu saja etos kerja petani.
Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting dalam pertanian.
Air berfungsi untuk melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis tumbuhan di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Tumbuhan di daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan tumbuhan di daerah yang banyak curah hujannya.
Curah hujan memegang peranan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60%.
Sementara itu, kondisi iklim ini terutama ketersediaan air kemudian mempengaruhi semangat (etos) kerja petani untuk mengembangkan aktivitas budidaya pertanian. Kebanyakan petani tidak mau mengelola lahan pertaninannya karena kesulitan air. Karena itu, budidaya sayuran di daerah yang relatif kering seperti di Sumbawa Barat menjadi kurang berkembang.
Keberadaan Danau Lebo Taliwang sebenarnya merupakan berkah yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian khususnya hortikultura sayuran tersebut karena Lebo Taliwang menjanjikan potensi untuk pengembangan hortikultura dengan sistem budidaya pertanian terapung (Floating Agriculture System). Terutama bagi petani yang mempunyai keterbatasan lahan maupun mereka yang rendah etos kerjanya, penerapan teknologi pertanian terapung sangat cocok untuk menjawab permasalahan.
Sistem pertanian terapung merupakan cara memanfaatkan daerah yang terendam air untuk jangka waktu yang lama seperti Lebo Taliwang untuk produksi pangan karena pendekatan ini cocok dilakukan pada perairan dengan vegetasi tumbuhan air yang mudah melapuk. Sisa pelapukan tanaman air ini bermanfaat sebagai kompos untuk pertumbuhan tanaman.
Air Danau Lebo Taliwang yang saat ini tengah mengalami eutrofikasi mengandung berbagai jenis unsur hara yang kaya yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pertanian terapung ini layaknya ranjang yang mengapung di atas permukaan air, sehingga menciptakan lahan yang cocok untuk pertanian dalam wilayah yang tergenang air. Secara ilmiah, pertanian terapung dapat disebut sebagai hidroponik atau aquaponik.
Pendekatan ini telah diuji coba sejak tahun awal tahun 2000-an hingga saat ini seperti pada danau-danau di Bangladesh, Nicaragua, Peru, Bolivia dan Costa Rica pada lahan pertanian tergenang untuk waktu yang lama selama musim hujan. Praktek ini mirip dengan pertanian hidroponik dimana tanaman dapat tumbuh di atas ranjang air yang dihamparkan di atas permukaan air yang dipenuhi eceng gondok, ganggang atau sisa tanaman lainnya.
Sebagai contoh pertanian terapung yang khas di Bangladesh melibatkan lapisan eceng gondok, jerami atau jerami padi yang mengambang kemudian ditambahkan lapisan atasnya dengan  ganggang air atau semanggi yang cepat membusuk untuk membuat pupuk yang baik. Struktur rakit apung diperkuat dengan bambu, sementara tiang bambu yang digunakan untuk memperbaikinya dalam posisi untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh aksi gelombang atau arus air danau.

Sistem lain yang kemudian berkembang adalah dengan alat dan bahan yang agak modern seperti pembuatan rakit apung dengan bahan styrofoam atau spon. Sebuah lembaran styrofoam atau spon dilubangi sebagai tempat untuk meletakkan pot wadah untuk media tanam.
Ukuran lubang pada styrofoam atau spon disesuaikan dengan ukuran diameter pot. Media tanam berupa arang sekam kemudian diletakkan di dalam pot. Benih atau bibit kemudian diletakkan pada media tanam. Cara ini tentu cocok untuk tanaman sayuran berumur pendek seperti kangkung, sawi, bayam, selada, tomat dan sebagainya.
Lembaran styrofoam atau spon yang telah lengkap dengan pot, media tanam dan benih/bibit tanaman diletakkan mengapung di atas permukaan air. Selanjutnya tanaman akan tumbuh dan perakarannya akan mengjangkau air danau yang berada di bagian bawah styrofoam atau spon. Air danau yang kaya akan unsur hara sebagai akibat dari kegiatan pertanian, pelapukan tumbuhan air dan limbah domistik yang mengalir masuk ke Danau Lebo Taliwang menyediakan pupuk cair alami yang cocok untuk pertumbuhan tanaman pertanian.
Teknologi yang Efisien Biaya, Waktu dan Tenaga
Praktek ini membantu mengurangi hilangnya tanah oleh paparan banjir dan memungkinkan budidaya secara berkelanjutan. Dengan cara ini, dapat meningkat pendapatan masyarakat. Selain itu, budidaya apung lebih produktif  hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan pertanian tradisional di atas tanah. Pertanian terapung juga efisien karena tidak memerlukan asupan pupuk kimia maupun pupuk kandang. Keuntungan lainnya adalah petani tidak perlu mengeluarkan biaya atau waktu untuk menyiram tanaman.
Praktek pertanian apung juga membantu menambah penghasilan masyarakat lokal dan memberikan kontribusi untuk pengentasan kemiskinan. Hal ini juga memberikan keamanan pangan yang lebih besar dengan meningkatkan output tanah dan meningkatkan  kapasitas masyarakat miskin yang tidak mempunyai lahan. Karena sistem ini cukup padat karya, juga memiliki kapasitas untuk menyediakan kesempatan kerja dalam masyarakat. Laki-laki dan perempuan dapat menerapkan pertanian terapung ini sehingga hal ini dapat mengarah pada peningkatan kesetaraan gender.
Meskipun demikian, sebagai kelemahannya mungkin terkait dengan transportasi hasil pertanian dan mobilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam melakukan budidaya. Masyarakat masih belum terbiasa dengan kegiatan ini sehingga memerlukan waktu untuk ujicoba dan diseminasi teknologi kepada masyarakat.
Peluang untuk Diterapkan
Pertanian terapung dapat dilakukan tanpa klaim kepemilikan tanah dan dapat memberikan kontribusi dalam mempertahankan lahan basah yang sehat, yang memiliki fungsi pertahanan sempadan dan juga mendukung berbagai keberlanjutan keanekaragaman hayati.
Spesies air yang invasif yang selama ini menjadi salah satu faktor yang mengurangi keanekaragaman hayati, dapat digunakan dalam pertanian terapung. Pembersihan saluran air untuk mengumpulkan gulma air yang invasif  dapat bermanfaat bagi kesehatan ekosistem lahan basah dan berkontribusi terhadap upaya mempertahankan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Pertanian terapung ini merupakan pilihan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan ketersediaan lahan pertanian. Dengan demikian, praktek ini dapat berkelanjutan dan menguntungkan bagi daerah, membantu untuk menambah pendapatan masyarakat dan meningkatkan ketahanan pangan. Dengan adanya penerapan pertanian terapung di Danau Lebo Taliwang, maka produksi pertanian khususnya sayuran di dalam daerah dapat ditingkatkan.

Selasa, 02 Agustus 2016

Ternyata ada Danau Lebo di Amerika Serikat



Ternyata ada Danau Lebo di Amerika Serikat
Ada pula Kota Lebo

Danau Lebo di Montana
Danau Lebo ternyata tidak hanya ada di Taliwang ibukota Kabupaten Sumbawa Barat. Di negara bagian Montana, Amerika Serikat juga terdapat danau yang bernama Danau Lebo (Lebo Lake), tepatnya di Wheatland County. Danau Lebo ini berada pada ketinggian 1,501 m di atas permukaan laut. 
Danau ini merupakan pusat kegiatan pariwisata bagi masyarakat terutama untuk kegiatan memancing yang eksotik dan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi pengelola dan pemerintah lokal di Montana.
Apakah kesamaan nama danau ini memberikan isyarat bahwa ada hubungan antara kedua tempat? Belum ada informasi yang dapat mengungkapkannya.
 

Ada pula Kota Lebo di Negara Bagian Kansas
Selain danau, di Amerika Serikat juga ada kota yang bernama Kota Lebo (Lebo city) yang berada di Coffey County tepatnya di negara bagian Kansas. Kota Lebo merupakan kota kecil yang berukuran 2.72 km2, terdiri dari 2.49 km2 daratan dan 0.23 km2 merupakan perairan. Kota ini dihuni oleh sekitar 940 jiwa.
Pada awalnya Kota Lebo dibangun sebagai sumber air, namun kemudian berkembang pemukiman di sekitarnya.  Saat ini telah dikembangkan kegiatan rekreasi. Berbagai fasilitas rekreasi dan olahraga perikanan seluas 55 acre telah dibenahi, termasuk renovasi cekungan dengan melakukan pendalaman sekitar garis pantai dan pembangunan 13 unit dermaga pemancingan, jalan perahu, fasilitas toilet, marka dan gerbang informasi.
Program pengelolaan perikanan secara intensif di Kota Lebo berfokus pada keberlanjutan kualitas dan kuantitas perairan. Ada peraturan tentang penangkapan ikan yang memungkinkan ikan untuk tumbuh sampai ukuran tertentu untuk dapat dipanen tetapi masyarakat tetap bisa menangkap ikan dengan memancing. Ada ketentuan ukuran panjang ikan yang diberlakukan, ini bertujuan untuk melindungi ikan muda sembari tetap dilakukan restocking berbagai spesies ikan di sana.
Kota Lebo dibentuk pada Tahun 1883. Nama Lebo berasal dari nama seorang kapten yang mempelopori pemukiman disana yang bernama Joe Lebo.