Gotong-Royong

<< Selamat atas Pelantikan Muhammad Rizal sebagai Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat 2020-2024>>

Minggu, 08 Oktober 2006

Lebo Taliwang: Bermanfaat Ekonomi juga Berfungsi Ekologi


Secara administratif Lebo Taliwang berada di antara 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Taliwang dan Seteluk di Kabupaten Sumbawa Barat. Lebo Taliwang bersentuhan langsung dengan 5 desa yaitu Desa Meraran, Desa Ai Suning, Desa Rempe, Desa Seloto, dan Kelurahan Sampir Kabupaten Sumbawa Barat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 418/Kpts-II/1999b pada 15 juni 1999  luas induk Lebo Taliwang ditetapkan seluas 1.406 hektar. Sedangkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat disebutkan bahwa luas Lebo Taliwang sekitar 752 ha. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2007 disebutkan bahwa Lebo Taliwang ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam dalam bagian wilayah Rayon II. Dalam Rencana Tata Ruang Nasional, Lebo Taliwang termasuk dalam salah satu dari 351 daftar Kawasan Lindung Nasional.
Secara geografis, Lebo Taliwang berada pada ketinggian 7,5 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman perairan antara 0,70 meter sampai dengan 3,5 meter. Danau yang merupakan lahan basah alami daratan terluas di Provinsi Nusa Tenggara Barat ini mempunyai kapasitas tampungan air mencapai 170 juta meter kubik dan menyimpan potensi sumberdaya alam yang tinggi bagi perekonomian masyarakat sekitar, di antaranya sebagai areal penangkapan dan budidaya ikan air tawar, suplesi air irigasi pertanian, sumber air baku rumah tangga, dan potensi ekowisata. Selain itu, Lebo Taliwang juga berperan sebagai pengendali banjir tahunan Kota Taliwang Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat.
Secara geografis, Lebo Taliwang berada pada 8o40’54“- 8o43’9“ Lintang Selatan dan 116o50’52“- 116o55’27“ bujur timur yang memanjang melintang dari utara ke selatan sepanjang + 5 km sebagai penghubung antara Sungai Seteluk dan Sungai Rempe sebagai inlet dan Sungai Taliwang sebagai outlet-nya. Bagian timur danau merupakan daerah perbukitan yang berderet dari utara ke selatan di antaranya Olat Pedatu Terate, Olat Liu, Olat Bara Batu, Olat Penyiong, Olat Sepang, dan Olat Cerme. 
  Peta Lebo Taliwang

Keberadaan bukit-bukit di sekitarnya sangat penting sebagai daerah tangkapan air. Bermuaranya Sungai Seteluk dan Sungai Rempe di Lebo Taliwang berpengaruh bagi perkembangan ekosistemnya karena merupakan inlet yang membawa berbagai macam limbah domistik dari pemukiman desa-desa di wilayah Kecamatan Seteluk ke dalam perairan Danau/Lebo.

Penduduk Sekitarnya
Keberadaan Lebo Taliwang bagi masyarakat sekitarnya tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan strategis seperti pengairan, penangkapan ikan, pemeliharaan ternak (unggas/itik), dan pengembangan flora dan fauna yang menjadi lahan dan lapangan kerja masyarakat, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata, yang meskipun belum dikelolah dan dikembangkan secara maksimal.
Secara sosial ekonomi pada Tahun 2005 terdapat 3.050 rumah tangga atau 11.368 jiwa yang bersentuhan langsung dengan fungsi dan manfaat Lebo Taliwang. Mereka hidup tersebar di 5 desa/kelurahan yaitu Desa Meraran, Desa Ai Suning, Desa Rempe, Desa Seloto, dan Kelurahan Sampir Kabupaten Sumbawa Barat.
Disadari maupun tidak, tentu ada begitu banyak anggota masyarakat yang selama ini telah menikmati manfaat atas keberadaan Lebo Taliwang. Ada ratusan keluarga nelayan dari desa-desa pinggirannya telah menghidupi kelurga mereka dari hasil  aktivitas menangkap ikan di Lebo Taliwang.
Data Badan Pemberdayaan Masyarakat-BPM Kabupaten Sumbawa Barat (2005) menunjukkan bahwa mayoritas (2,897 orang atau sekitar 65%) penduduk desa sekitar Lebo Taliwang bekerja sebagai petani. Sementara mereka yang bekerja sebagai peternak berjumlah 421 atau 9,5%. Mereka yang bekerja sebagai buruh tani berjumlah 409 orang atau sekiatar 9,2%.
Sedangkan mereka yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan berjumlah 257 orang atau 5% dari total jumlah penduduk desa sekitar Lebo Taliwang. Mereka hidup dari hasil menangkap ikan di Lebo Taliwang.
Jika dilakukan kalkulasi lebih detail, akan terlihat jumlah nelayan ini akan lebih besar lagi, sebab masyarakat desa pinggiran Lebo Taliwang yang menggantungkan hidup dari pekerjaan lainnya juga seringkali menjadi nelayan musiman. Misalnya mereka yang bekerja sebagai petani, pada saat musim kemarau mereka juga turut manangkap ikan di Lebo Taliwang untuk kebutuhan konsumsi keluarga atau untuk dijual.
Dari sisi manfaat dan fungsi Lebo Taliwang yang lain, tentu dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat mempunyai kepentingan yang besar terhadap kelangsungan keberadaan danau ini pada masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

Manfaat dan Fungsi Lebo Taliwang
Lebo Taliwang memiliki arti yang sangat penting pada masa lalu, sekarang dan akan datang bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Di antara manfaat Lebo Taliwang bagi masyarakat sekitar pada masa lalu dan saat ini yang telah teridentifikasi antara lain:

a.    Sumber tempat usaha penangkapan dan budidaya ikan
Sebagian masyarakat Desa Meraran, Desa Ai Suning, Desa Rempe, Desa Seloto, dan Kelurahan Sampir selama bertahun-tahun menggantungkan hidup dari hasil menangkap ikan air tawar di Lebo Taliwang. Mereka menangkap beberapa jenis ikan air tawar yang dominan hidup di perairan di antaranya mujair, sepat, nila, betok, gabus, sidat dan belut.
Penangkapan ikan oleh nelayan Lebo Taliwang dilakukan dengan menggunakan alat berupa jaring, pancing, sero’, bubu, tombak, jala buang, sangkap, poke’/rageng dan seser/blat.
Hasil tangkapan ikan merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Selain itu, mereka juga menjual hasil tangkapan ke tetangganya atau menjualnya secara langsung ke pasar Taliwang yang dilakukan oleh istri-istri mereka. Ada juga nelayan yang menjual hasil tangkapannya ke pelele (pembeli/pengumpul ikan). Para pelele membeli ikan dari nelayan secara kontan maupun dengan sistem panjar.
Ikan-ikan hasil tangkapan dijual oleh nelayan dengan sistem ikat atau sistem takaran. Sistem ini agak unik dan berbeda dengan sistem penjualan ikan di tempat-tempat lain yang menggunakan satuan berat kilogram. Setiap ikat berisi 5-15 ekor ikan tergantung ukuran ikan yang ditangkap. Jika berukuran besar, maka jumlah ikan dalam setiap ikat semakin sedikit.
 Seorang Nelayan sedang melakukan penangkapan ikan 
dengan Perahu kayu
Selain sebagai tempat usaha penangkapan ikan, Lebo Taliwang juga potensial untuk pengembangan budidaya air tawar sistem karamba. Pada Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah memberikan fasilitas karamba jaring apung untuk budidaya ikan nila kepada para nelayan Lebo Taliwang yang bermukim di Desa Meraran. Namun, tampaknya usaha ini tidak cukup sukses karena kualitas air Lebo Taliwang tidak cukup memberikan pertumbuhan ikan secara wajar. Salah satu penyebabnya adalah eutrofikasi yang begitu cepat sehingga menutup perairan budidaya karamba.

b.    Sumber pangan berkhasiat
Berbagai jenis teratai yang tumbuh di Lebo Taliwang telah dimanfaatkan bagian-bagiannya oleh masyarakat sekiatr sebagai pangan alternatif. Dalam buah teratai terdapat biji-biji yang berbentuk bulat seperti kacang tanah yang bisa dikonsumsi dan dikenal mempunyai berbagai khasiat untuk mengobati berbagai penyakit seperti diare, disentri, keputihan, demam, susah tidur, hipertensi, muntah darah, mimisan, batuk darah, sakit jantung, beri-beri, sakit kepala, berak dan kencing darah, anemia, dan ejakulasi. Sedangkan rimpang (disebut dengan lomar dalam bahasa lokal) yang menjalar di dasar Lebo mengandung tepung dan sering diambil masyarakat untuk membuat bubur yang juga berkhasiat sama seperti biji-biji buahnya.

c.    Sarana Penelitian
Menurut Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbawa, Lebo Taliwang memiliki potensi berbagai jenis flora yang merupakan vegetasi asli hutan tropis antara lain: Lita (Alstonia scholaris); Berora (Klenhovia hosvita); Ketimus (Protium javanicum) dan Bungur (Lagerstoemia indica). Adapun jenis tumbuhan air lain yang menutupi perairan Lebo Taliwang yaitu eceng gondok. Berdasarkan hasil pengamatan KSDA, kawasan hutan sekitar Lebo Taliwang menyimpan sekitar 25 jenis fauna, utamanya satwa-satwa penghuni habitat air tawar yang meliputi jenis burung antara lain : Bangau Hitam (Liconia episcopus); Itik Liar (Cairima scutulata); Kuntul Putih (Egreta egretta) serta Burung Pelikan (Pelicanedae). Jenis burung terakhir ini merupakan jenis burung migrant, yang berasal dari Australia. Babi hutan, kera abu-abu dan ayam hutan juga terdapat pada daerah perbukitan, serta berbagai jenis reptil seperti ular sanca/sawah, kura-kura dan biawak yang menempati lokasi bagian selatan Lebo Taliwang (BKSDA NTB, 2005).
Berbagai kekayaan hayati yang beraneka ragam yang dimiliki Lebo Taliwang merupakan daya tarik yang luar biasa. Dari sisi ilmu pengetahuan, kekayaan yang dimiliki Lebo Taliwang dapat menjadi obyek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahun yang sangat bernilai tinggi.

d.    Sarana Rekreasi
Lebo Taliwang merupakan salah satu alternatif lokasi memancing yang mengasyikkan bagi sebagain kalangan yang hobi memancing. Aktivitas ini semakin digemari belakangan ini. Sebagian orang menganggapnya sebagai olahraga sekaligus hiburan. Ada sensasi tertentu yang tercipta saat memancing diyakini bisa menciptakan perasaan lega dan melepaskan kejenuhan otak. Kegiatan ini juga dipercaya mampu menjadi terapi untuk mengusir stress. 

Memancing sebagai salah satu aktivitas rekreasi 
di Lebo Taliwang
 

Sekilas, memancing memang sebuah profesi utama bagi nelayan. Karena bagi nelayan memancing bukanlah tergolong hobi, tapi sebagai penghasilan utama untuk bertahan hidup. Kini, ada juga yang menganggap memancing merupakan alternatif yang tepat untuk mengisi waktu luang. Bahkan, memancing bisa dibilang bagian dari gaya hidup.
Tidak hanya masyarakat sekitarnya yang datang memancing di Lebo Taliwang. Saat ini semakin banyak pula masyarakat dari Kota Taliwang dan sekitarnya yang datang memancing untuk sekedar hiburan. Mereka mengisi waktu libur bekerja untuk menghilangkan kejenuhan dengan memancing di Lebo Taliwang.

e.    Sumber air untuk industri air bersih dan irigasi pertanian sekitar
Lebo Taliwang mempunyai kapasitas tampungan air mencapai 170 juta meter kubik yang merupakan potensi strategis untuk pengembangan industri air bersih (Tahir, 1992). 

Pemanfaatan Air Lebo Taliwang untuk Industri Air Minum

Depot air minum Mawaddah yang dikelola oleh CV. Syihab Brothers milik H. Abdul Kadir Syihab merupakan satu-satunya perusahaan air mineral yang telah melakukan usaha pengemasan air bersih di tepi sebelah barat Lebo Taliwang.

f.     Lebo Taliwang sebagai Pengendali Banjir Tahunan
Kota Taliwang ibukota Kabupaten Sumbawa Barat merupakan daerah bantaran sungai dan berada pada daerah cekungan yang dikelilingi oleh perbukitan. Dosen senior Institut Tehnologi Nasional (ITN) Malang, Ir. H. Sudirman Indra, M.Sc menganalisa, bahwa kondisi tofografi daratan Kabupaten Sumbawa Barat sebenarnya rawan terhadap banjir. Selain elevasi daratan yang tidak lazim karena berada di lembah yang dikelilingi perbukitan (Koran Kobar, 23 Januari 2008).
Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat yang tergolong merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan cukup pendek yaitu berlangsung dari Nopember sampai Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan April sampai Oktober (7 bulan).  Total hari hujan pada tahun 2004 sebanyak 95 hari dengan dengan total curah hujan sebesar 2.156 mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (Biro Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa dan Bappeda Sumbawa Barat, 2004).
Dengan kondisi yang demikian, jika curah hujan tinggi, kucuran air bah dari hutan dan kawasan perbukitan mengalir begitu cepat, menjadi salah satu penyebab sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa Barat termasuk Kota Taliwang mendapatkan banjir kiriman setiap tahunnya. Sementara bendungan yang ada saat ini tidak mampu menahan atau setidaknya mengendalikan luapan air bah dari sejumlah anak sungai di hulu Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.
Pada Tahun 2000-an, setidaknya telah terjadi 2 kali banjir yang melanda Kota Taliwang yaitu banjir bandang akhir Tahun 2000 dan kembali terjadi pada akhir Tahun 2007. 
Banjir Kota Taliwang akhir Tahun 2007 

Pada masa lalu, Lebo Taliwang mempunyai fungsi yang strategis sebagai pengendali banjir tahunan yang sering melanda Kota Taliwang. Namun sejak terbangunnya saluran irigasi permanen pada Tahun  1992 yang membujur dari timur ke barat di bagian selatan Lebo Taliwang menjadi penghalang masukkannya luapan air dari Sungai Taliwang (Brang Penemu) menuju areal Lebo Taliwang. Luapan air terhalang untuk masuk ke dalam areal danau dan kembali menghantam pemukiman penduduk Kota Taliwang.

Fungsi Ekologi Lebo Taliwang
Selain manfaat dan fungsi Lebo Taliwang yang telah dinikmati oleh masyarakat sekitarnya sebagaimana tersebut di atas, Lebo Taliwang, sebagai danau-danau lainnya di dunia diharapkan juga mampu berfungsi ekonomi, ekologi dan sosial, antara lain:
1)   sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik
Ekosistem Lebo Taliwang kaya akan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Tercatat 81 jenis burung yang hidup di perairan danau ini disamping beberapa jenis ikan, mamalia, reptil dan amphibia.

2)   sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting
Adanya danau dalam satu kesatuan ekosistem merupakan habitat berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat tergantung dengan adanya danau. Berbagai jenis burung dan tumbuhan tertentu serta hewan-hewan air dapat hidup dan berkembang biak tergantung dari keberadaan danau, sehingga danau turut membantu melestarikan keanekaragaman hayati.
Lebo Taliwang merupakan salah satu penghasil ikan air tawar yang potensial. Masyarakat sekitar secara turun-temurun menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

3)   sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian)
Banyak danau di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai sumber air oleh masyarakat. Masyarakat di sekitar Lebo Taliwang umumnya memanfaatkan air danau untuk keperluan sehari-hari dan sebagian lagi menggunakannya sebagai air minum ternak dan sekaligus sebagai tempat memandikannya. Selain itu, Air Lebo Taliwang juga dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi maupun industri.
Industri air kemasan merupakan salah satu usaha yang dapat dikembangkan di perairan Lebo Taliwang. Setidaknya sejak tahun 2007 lalu telah berdiri sebuah unit usaha pengemasan air mineral di tepi barat Lebo Taliwang yang dikelola oleh CV. Syihab Brothers.

4)   sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah
Lebo Taliwang mempunyai fungsi hidrologis sebagai tempat penampungan air, baik yang berasal dari hujan maupun dari air Sungai Seteluk dan Sungai Rempe. Air yang tertampung di dalamnya merupakan pemasok air ke aquifer, dan air tanah.
Pada waktu musim hujan Lebo Taliwang dapat menyimpan kelebihan air yang berasal dari air hujan maupun dari sungai yang bermuara di dalamnya. Kelebihan air Sungai Seteluk dan Sungai Rempe bahkan kadang-kadang dari Sungai Taliwang yang sebenarnya merupakan outlet Lebo Taliwang pada waktu musim hujan masuk ke dalamnya dan dalam waktu tertentu air akan tersimpan. Dengan demikian Lebo ini berfungsi mengurangi volume air pada waktu musim hujan sehingga dapat menjadi pengendali banjir sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kemarau.

5)   memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat
Lebo Taliwang pada dasarnya merupakan ekosistem yang terdiri unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permukaan air sehingga keberadaan danau mampu mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Keberadaannya memegang peranan dalam sistem hidrologis yang menjamin keseimbangan dan ketersediaan air permukaan dan air tanah, serta menjaga kelembaban udara sekitarnya melalui proses evapotranspirasi.

6)   sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya
Bagian timur Lebo Taliwang merupakan daerah perbukitan yang berderet dari utara ke selatan. Sekeliling perbukitan tersebut merupakan lahan pertanian seperti sawah dan kebun yang sebagian dimiliki oleh masyarakat Taliwang. Setiap musim panen, mereka mengangkut hasil pertanian dengan menggunakan sampan melewati Lebo Taliwang.

7)   sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata
Meskipun belum dikelola secara baik, Lebo Taliwang tetap menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar sebagai tempat rekreasi dan olahraga memancing. Sesekali juga masyarakat sekitar menyelenggarakan lomba olahraga dayung sampan di dalamnya.
Mengingat potensi yang dimilikinya, Lebo Taliwang sangat cocok sebagai tempat rekreasi, olah raga air dan taman perahu. Ke depan, jika potensi ini dikembangkan, maka keberadaannya secara ekonomi akan mampu menunjang pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tentu masih banyak lagi kekayaan manfaat dan fungsi Lebo Taliwang yang masih tersimpan dan sampai saat ini belum dikembangkan. Mengingat berbagai keunggulan yang dimilikinya, tentu melestarikan Lebo Taliwang harus menjadi tanggung jawab bersama agar kelangsungan manfaat dan fungsinya senantiasa dapat berlanjut dan diwarisi oleh generasi manusia di masa yang akan datang.

Jumat, 06 Oktober 2006

Lebo Taliwang, Nasibmu Kini

Lebo Taliwang (sebutan dalam bahasa lokal untuk Danau Rawa Taliwang) merupakan satu-satunya lahan basah daratan terluas di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan merupakan kebanggaan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat. Bagi masyarakat yang berdomisili di sekitarnya, danau ini mempunyai arti yang sangat penting sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.  
Selama bertahun-tahun masyarakat nelayan di Desa Meraran, Ai Suning, Rempe, Seloto dan Sampir telah menggantungkan hidupnya dari hasil menangkap berbagai jenis ikan di Lebo Taliwang. Namun, pada akhir kwartal pertama 2007 Nusatenggaranews melaporkan bahwa 935 nelayan ikan darat Lebo Taliwang terancam kehilangan mata pencaharian sebagai akibat dari terjadi sedimentasi (pendangkalan) danau ini. 
Padahal menurut para nelayan di Desa Meraran Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat, pada Tahun 1970-an, Lebo Taliwang pernah menjadi primadona yang luar biasa sebagai penghasil ikan kering dengan produksi hingga mencapai 700 ton per tahun.  
Hasil penelitian Tahir (1992) mengutip laporan Resort Perikanan Kecamatan Taliwang bahwa pada Tahun 1987, produksi ikan segar Lebo Taliwang mencapai 316 ton, Tahun 1988 mencapai 275 ton, Tahun 1989 mencapai 224 ton, Tahun 1990 mencapai 157 ton dan Tahun 1991 mencapai 97 ton. Deretan angka ini menunjukkan bahwa sejak lama telah terjadi penurunan produksi ikan segar di perairan Lebo Taliwang.  
Masih menurut laporan Nusatenggaranews, kerugian yang diakibatkan oleh sedimentasi tersebut, penghasilan nelayan ikan darat ini turun drastis dari semula rata-rata per hari lebih dari Rp100 ribu, kini hanya mendapatkan Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per hari. Hal ini bukan disebabkan oleh berkurangnya populasi ikan yang mendiami perairan Lebo Taliwang,  melainkan karena nelayan sulit melakukan penangkapan karena ikan-ikan Lebo berada di dasar danau dan tertutup oleh beberapa lapisan, baik endapan lumpur maupun gulma air. 
Sejalan dengan keluhan para nelayan, fakta yang ada menunjukkan bahwa Lebo Taliwang sebagaimana danau-danau lain  di Indonesia juga mengalami permasalahan yang sama yaitu terjadinya sedimentasi, eutrofikasi, dan dalam beberapa kasus juga terjadi alih fungsi lahan di sekitarnya. 
Terutama sedimentasi dan eutrofikasi menjadi 2 masalah yang sangat dikeluhkan terutama oleh masyarakat nelayan yang sampai saat ini menggantungkan hidup dari hasil menangkap ikan di Lebo Taliwang.