Gotong-Royong

<< Selamat atas Pelantikan Muhammad Rizal sebagai Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat 2020-2024>>

Sabtu, 27 Juli 2019

Atraksi Budaya Sampo Ayam,


Desa Dasan Anyar akan Menjadi Tuan Rumah

Indonesia sangat kaya akan aktivitas budaya. Setiap daerah memiliki budaya dan adat istiadat tersendiri yang merupakan aset berharga sekaligus identitas bangsa.
Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki warisan budaya yang juga beragam. Kebudayaan masyarakat yang tergolong etnis Sumbawa ini merupakan warisan dari generasi ke generasi yang masih ada hingga sekarang, seperti bahasa dan sastra, kesenian tradisional, upacara dalam rangakaian siklus hidup, upacara keagamaan, dan sebagainya.
Salah satu budaya masyarakat etnis Sumbawa adalah permainan rakyat berupa Sampo Ayam yang tetap lestari dan dapat kita jumpai hingga sekarang. Sampo ayam adalah sejenis karapan kerbau atau sapi, tetapi yang dipertandingkan adalah kecepatan lari pasangan ayam jantan.
Sampo Ayam merupakan permainan rakyat yang tergolong unik karena tidak terdapat di daerah lain di Indonesia. Permainan ini merupakan aset berharga dan penting untuk terus dilestarikan. Apabila dikelola dengan baik, maka dapat memberikan nilai tambah bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Salah satu bentuk pengelolaan yang dilaksanakan pemerintah khususnya di Kabupaten Sumbawa Barat selama ini adalah dengan menjadikan Sampo Ayam sebagai salah satu daya tarik wisata di bidang kebudayaan.
Pengembangan atraksi budaya Sampo Ayam penting untuk terus diperkenalkan kepada dunia sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia sehingga ke depan Sampo Ayam dapat menjadi salah satu atraksi budaya nasional bahkan menjadi warisan budaya dunia. Ke depan, Sampo Ayam dapat dijadikan sebagai salah satu atraksi wisata penting bagi Kabupaten Sumbawa Barat.
Untuk itu, sampo ayam perlu dimasukkan ke dalam calendar event pariwisata lokal maupun regional Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Dalam rangka terus memperkenalkan sampo ayam secara luas kepada dunia, Komunitas Sampo Ayam “Putih Malino” Desa Dasan Anyar Kabupaten Sumbawa Barat mengagendakan atraksi budaya sampo ayam pada 3 Agustus 2019."Sampo ayam ini akan digelar di Lapangan Sepak Bola Dasan Anyar”, kata Hasanuddin selaku Ketua Komunitas Sampo Ayam “Putih Malino”.
“Kegiatan ini digelar dengan tujuan meneruskan tradisi budaya, melakukan pemajuan kebudayaan Sumbawa Barat dan menjadikannya sebagai ajang penyaluran kegemaran masyarakat pecinta sampo ayam yang ada di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat”, sambungnya.
“Ada sekitar 600 pasang ayam akan bertanding memperebutkan hadiah utama 3 ekor sapi dan beberapa perkakas elektronik sebagai hadiahnya” pungkas Hasanuddin.
Ia berharap para penggemar permainan rakyat ini dari Sumbawa Barat dan Sumbawa dapat bergabung memeriahkannya. “Kami berharap pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat memberikan dukungan, demikian juga dengan PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang selama ini mempunyai komitmen dalam pengembangan masyarakat dapat memberikan dukungannya” ungkap Hasanuddin menutup pembicaraan.

Kamis, 25 Juli 2019

Tim Visitasi ISTA Kemenpar Kunjungi Desinasi Wisata Jelenga


Tim Juri dari Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019 Kementerian Pariwisata akhirnya melakukan visitasi lapangan dalam rangka menindaklanjuti  hasil penilaian Desk Evaluation dan Rapat Dewan Juri Tahun 2019.  Kementerian telah menetapkan Destinasi Kawasan Pantai Jelenga yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam Asri sebagai salah satu nominasi dalam ajang penghargaan pariwisata berkelanjutan di Indonesia ini.
Tim Juri yang beranggotakan 3 orang ini dipimpin langsung Ketua Tim Juri ISTA 2019 Prof. Jatna Supriatna, Ph.D dan asesor Drs Djamang Ludiro, M.Si serta seorang staf Sekretariat Kemenpar Rudi Wahono mendatangi destinasi Pantai Jelenga dalam rngka visitasi lapangan.
Kedatangan tim juri disambut oleh H. Abdul Malik Nurdin, S.Sos, M.Si (Asisten Asisten Administrasi Umum dan Aparatur Sekretariat Daerah Kabupaten Sumbawa Barat), Syarafuddin Jarot (Senior Manager Social responsibility PT Amman Mineral Nusa Tenggara), Drs Zainuddin (Camat Jereweh), M. Syahril (Kepala Desa Beru) dan tokoh masyarakat dan pelaku pariwisata di Desa Beru.
Acara penyambutan tim ISTA diawali dengan pidato sambutan hangat dari M Syahril Kepala Desa Beru. Dalam sambutannya Syahril berharap destinasi wisata di desanya dapat menjadi pemenang dalam penghargaan ISTA ini sehingga dapat memajukan pariwisata sebagai salah satu sector ekonomi di Desa Beru.

Senin, 22 Juli 2019

Laut dan Pantai Bukan Tempat Sampah

























Di zaman yang serba modern ini, segala kebutuhan semakin mudah dipenuhi. Asal punya uang, segalanya telah tersedia dan dapat kita beli di warung tetangga hingga di toko modern.
Di warung-warung dan pasar tradisonal, hampir semua kebutuhan tersedia, mulai dari sembako, sayuran dan lauk hingga perkakas pertukangan. Begitu jua dengan toko modern, segala jenis barang tersedia mulai bumbu dapur hingga alat tulis kantor.
Di antaranya barang-barang yang diperjualkan, barang berbahan plastik paling membanjiri warung, pasar dan toko modern. Kemasannya juga hampir semua mengandung bahan dari plastik. Seperti tengah menjadi trend, plastik menjadi idola industri saat ini.
Sebagai bahan pengemas, plastik memang paling praktis, mudah diperoleh dan harganya tergolong murah.
Akibatnya, setiap hari kita berbelanja plastik lalu melepaskannya begitu banyak ke tempat sampah. Bagi mereka yang punya sedikit kepedulian, mungkin akan menyimpannya dan menggunakannya berulang kali agar tidak menambah volume sampah plastik yang terbuang ke alam. Tapi bagi mereka yang tidak peduli mungkin juga bodoh, setelah memakainya lalu dengan mudah membuangnya di sembarang tempat.
Bahkan ada yang sengaja membuangnya di pinggir jalan, pinggir perkampungan atau hutan. Mereka tidak mau rumah mereka kotor dengan plastik, tapi memilih mengotori tempat yang lain. Semua perilaku ini membuat mata tidak sedap lagi memandang jalanan dan kampung.
Kemudian sampah-sampah plastik itu diterbangkan angin kemana-mana, tercecer berserakan. Plastik bekas pembungkus makanan disukai unggas, kucing dan anjing. Ternak-ternak mencakar-cakar bungkusan plastik untuk memperoleh sisa butir makanan di dalamnya.
Di musim hujan, sampah plastik mengalir bersama air melewati selokan, mengalir bersama air sungai dan tentu saja menuju ke laut. Sebagian menempel di ranting-ranting kayu atau bambu, kawat beronjong atau mengendap bersama lumpur di dasar kali.  Sampah plastik yang “pandai berenang”, terus saja mengikuti arus sungai  menuju ke laut.
Plastik kemasan bening mirip ubur-ubur, dimakan oleh berbagai spesies penyu. Sebagian penyu mati karena memakan plastik, sebagian lagi enggan hidup di perairan kita karena limbah plastik. Penyu bermigrasi ke tempat lain, lalu populasi ubur-ubur meningkat, mereka menyantap plankton yang seharusnya menjadi makanan ikan-ikan.
Ikan-ikan menjauh dari perairan kita karena tidak ada lagi plankton yang dimakan. Dan kini, laut kita menjadi bak sampah terbesar tempat menampung plastik bekas. Laut menjadi kotor dan tidak nyaman bagi ikan-ikan.
Sebagian plastik dibawa ombak ke pinggir pantai, lalu kita menemukan pantai-lantai kita dipenuhi sampah plastik, kotor dan tidak sedap dipandang.
Padahal kita menganggap pariwisata adalah ekonomi masa depan, tapi perilaku kita terus saja mengotori kampung, hutan, jalan, sungai, laut dan pantai dengan sampah plastik. Wisatawan mana yang akan betah berwisata di lingkungan yang kotor dengan sampah plastik?