Gotong-Royong

<< Selamat atas Pelantikan Muhammad Rizal sebagai Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat 2020-2024>>
Tampilkan postingan dengan label Kelautan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kelautan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Agustus 2019

Lestarikan Pantai Poto Poyang untuk Kita



Pantai Poto Poyang dan Labu Rea berada di sebelah barat Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pantai berpasir hitam ini mempunyai panjang garis pantai 1,5 km, namun memiliki ombak laut yang tenang sehingga cocok untuk kegiatan wisata keluarga, berenang dan memancing ikan.
Pantai ini telah dibangun beberapa beruga tempat untuk bersantai menikmati pemandangan laut.
Pantai Poyang dan Labu Rea dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 melalui jalan usaha tani sepanjang 1,7 km dari Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh ke arah barat. Pantai Poyang dan Labu Rea juga telah terjangkau jaringan komunikasi telepon seluler sehingga memudahkan komunikasi ke semua tujuan.

Kamis, 25 Juli 2019

Tim Visitasi ISTA Kemenpar Kunjungi Desinasi Wisata Jelenga


Tim Juri dari Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019 Kementerian Pariwisata akhirnya melakukan visitasi lapangan dalam rangka menindaklanjuti  hasil penilaian Desk Evaluation dan Rapat Dewan Juri Tahun 2019.  Kementerian telah menetapkan Destinasi Kawasan Pantai Jelenga yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam Asri sebagai salah satu nominasi dalam ajang penghargaan pariwisata berkelanjutan di Indonesia ini.
Tim Juri yang beranggotakan 3 orang ini dipimpin langsung Ketua Tim Juri ISTA 2019 Prof. Jatna Supriatna, Ph.D dan asesor Drs Djamang Ludiro, M.Si serta seorang staf Sekretariat Kemenpar Rudi Wahono mendatangi destinasi Pantai Jelenga dalam rngka visitasi lapangan.
Kedatangan tim juri disambut oleh H. Abdul Malik Nurdin, S.Sos, M.Si (Asisten Asisten Administrasi Umum dan Aparatur Sekretariat Daerah Kabupaten Sumbawa Barat), Syarafuddin Jarot (Senior Manager Social responsibility PT Amman Mineral Nusa Tenggara), Drs Zainuddin (Camat Jereweh), M. Syahril (Kepala Desa Beru) dan tokoh masyarakat dan pelaku pariwisata di Desa Beru.
Acara penyambutan tim ISTA diawali dengan pidato sambutan hangat dari M Syahril Kepala Desa Beru. Dalam sambutannya Syahril berharap destinasi wisata di desanya dapat menjadi pemenang dalam penghargaan ISTA ini sehingga dapat memajukan pariwisata sebagai salah satu sector ekonomi di Desa Beru.

Senin, 22 Juli 2019

Laut dan Pantai Bukan Tempat Sampah

























Di zaman yang serba modern ini, segala kebutuhan semakin mudah dipenuhi. Asal punya uang, segalanya telah tersedia dan dapat kita beli di warung tetangga hingga di toko modern.
Di warung-warung dan pasar tradisonal, hampir semua kebutuhan tersedia, mulai dari sembako, sayuran dan lauk hingga perkakas pertukangan. Begitu jua dengan toko modern, segala jenis barang tersedia mulai bumbu dapur hingga alat tulis kantor.
Di antaranya barang-barang yang diperjualkan, barang berbahan plastik paling membanjiri warung, pasar dan toko modern. Kemasannya juga hampir semua mengandung bahan dari plastik. Seperti tengah menjadi trend, plastik menjadi idola industri saat ini.
Sebagai bahan pengemas, plastik memang paling praktis, mudah diperoleh dan harganya tergolong murah.
Akibatnya, setiap hari kita berbelanja plastik lalu melepaskannya begitu banyak ke tempat sampah. Bagi mereka yang punya sedikit kepedulian, mungkin akan menyimpannya dan menggunakannya berulang kali agar tidak menambah volume sampah plastik yang terbuang ke alam. Tapi bagi mereka yang tidak peduli mungkin juga bodoh, setelah memakainya lalu dengan mudah membuangnya di sembarang tempat.
Bahkan ada yang sengaja membuangnya di pinggir jalan, pinggir perkampungan atau hutan. Mereka tidak mau rumah mereka kotor dengan plastik, tapi memilih mengotori tempat yang lain. Semua perilaku ini membuat mata tidak sedap lagi memandang jalanan dan kampung.
Kemudian sampah-sampah plastik itu diterbangkan angin kemana-mana, tercecer berserakan. Plastik bekas pembungkus makanan disukai unggas, kucing dan anjing. Ternak-ternak mencakar-cakar bungkusan plastik untuk memperoleh sisa butir makanan di dalamnya.
Di musim hujan, sampah plastik mengalir bersama air melewati selokan, mengalir bersama air sungai dan tentu saja menuju ke laut. Sebagian menempel di ranting-ranting kayu atau bambu, kawat beronjong atau mengendap bersama lumpur di dasar kali.  Sampah plastik yang “pandai berenang”, terus saja mengikuti arus sungai  menuju ke laut.
Plastik kemasan bening mirip ubur-ubur, dimakan oleh berbagai spesies penyu. Sebagian penyu mati karena memakan plastik, sebagian lagi enggan hidup di perairan kita karena limbah plastik. Penyu bermigrasi ke tempat lain, lalu populasi ubur-ubur meningkat, mereka menyantap plankton yang seharusnya menjadi makanan ikan-ikan.
Ikan-ikan menjauh dari perairan kita karena tidak ada lagi plankton yang dimakan. Dan kini, laut kita menjadi bak sampah terbesar tempat menampung plastik bekas. Laut menjadi kotor dan tidak nyaman bagi ikan-ikan.
Sebagian plastik dibawa ombak ke pinggir pantai, lalu kita menemukan pantai-lantai kita dipenuhi sampah plastik, kotor dan tidak sedap dipandang.
Padahal kita menganggap pariwisata adalah ekonomi masa depan, tapi perilaku kita terus saja mengotori kampung, hutan, jalan, sungai, laut dan pantai dengan sampah plastik. Wisatawan mana yang akan betah berwisata di lingkungan yang kotor dengan sampah plastik?


Rabu, 10 Juli 2019

Pokdarwis Alam Asri Jelenga, Salah Satu Nomine ISTA 2019


Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam Asri Jelenga telah ditetapkan sebagai salah satu dari 37 nomine ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award ) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Pengumuman resmi nama-nama nomine telah dikeluarkan oleh kementerian pada 27 Juni 2019 lalu.
Ketua Pokdarwis “Alam Asri” Jibrata Utama Arsyah berharap dapat menjadi salah satu pemenang dalam ajang ini sehingga dapat terus termotivasi membangun pariwisata di Kawasan Pantai Jelenga, Sumbawa Barat.
Oleh karena itu, dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan masyarakat Jelenga sangat dibutuhkan untuk membangun pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Sumbawa Barat.

Sebagaimana dilansir laman online Kementerian Pariwisata bahwa ISTA merupakan penghargaan dari Kementerian Pariwisata untuk destinasi yang telah menerapkan sistem pariwisata berkelanjutan. Ajang ISTA diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata untuk ketiga kalinya pada tahun ini dan terbuka untuk seluruh pengelola destinasi Pariwisata baik pengelola kawasan, agen travel, penyedia jasa, yayasan, maupun masyarakat lokal.
Kementerian Pariwisata menyatakan bahwa ISTA dilaksanakan bukan sebagai kompetisi untuk membandingkan antar destinasi/daya tarik wisatawan/bisnis pariwisata, akan tetapi untuk memotivasi destinasi lainnya agar dapat meningkatkan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Selasa, 23 Oktober 2018

Worksop Pengembangan Ekowisata Pantai Poto Poyang


Kawasan Pantai Poto Poyang  di Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu destinasi wisata bahari yang mempunyai daya tarik yang eksotik.  Pantai Poyang berada di sebelah barat Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh. Pantai berpasir hitam ini mempunyai panjang garis pantai 1,5 km dengan ombak yang tenang sehingga cocok untuk kegiatan wisata keluarga, berenang dan memancing ikan.
Pantai Poyang dan Labu Rea dapat dicapai dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4 melalui jalan usaha tani sepanjang 1,7 km dari Desa Dasan Anyar Kecamatan Jereweh ke arah barat. Pantai Poyang dan Labu Rea juga telah terjangkau jaringan komunikasi telepon seluler sehingga memudahkan komunikasi ke semua tujuan.
Untuk menambah kenyamanan pengunjung pantai, pada Tahun 2013 Pemerintah melalui Dinas Pariwisata telah menyediakan 12 unit beruga (gazebo) untuk tempat bersantai menikmati pemandangan laut. Demikian juga PT. Newmont Nusa Tenggara pada Tahun 2013 telah menyediakan berbagai sarana bermain bagi anak-anak. Namun demikian, dalam 5 tahun terakhir ini berbagai fasilitas yang telah disediakan di kawasan pantai wisata ini tidak terawat dengan baik. Sehingga potensi ini belum berkembang secara optimal dan belum mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya.
Oleh karena itu, Lembaga Riset dan Pengembangan Desa (RiPED) bersama Pemerintah Desa Dasan Anyar dan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) "Pantai Poyang" mengambil inisiatif untuk menyusun rencana pengembangan potensi pariwisata ini. Perencanaan pengembangan potensi pariwisata ini dilakukan  secara bertahap pada selama bulan September 2018 hingga 16 Oktober 2018yang dimulai dengan pengkajian pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dengan menggunakan Metode ZOPP (ziel orientierte projekt planung).
Hasil pengkajian ini diharapkan mampu menemukan berbagai permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan potensi pariwisata di Kawasan Pantai Poto Poyang, merumuskan  definisi  yang  jelas dan   realistis  tentang  tindakan-tindakan  yang  diperlukan untuk  mencapai   tujuan-tujuan  pengembangan pariwisata yang dibutuhkan, merumuskan alternatif kegiatan yang diperlukan dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, menganalisis para pihak beserta kepentingan dan perannya dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, dan menghasilkan  rancangan  proyek  sebagai  landasan  kerjasama  untuk  pelaksanaan, pengendalian  dan  evaluasi   program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kawasan Pantai Poto Poyang.
Seluruh rangkaian kegiatan ZOPP ini akan diselenggarakan di Gallery Rapulung Artshop yang dihadiri oleh berbagai pihak seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan, unsur dari Kantor Camat Jereweh, pemerintah Desa, BPD, Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Poto Poyang, Kepala Dusun, RT dan wartawan media massa cetak dan online.
Hasil kegiatan ZOPP Pengembangan Pantai Poto Poyang dapat diunduh di sini.