Gotong-Royong

<< Selamat atas Pelantikan Muhammad Rizal sebagai Direktur Perusahaan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat 2020-2024>>

Minggu, 12 Oktober 2008

Lebo Taliwang: Sebuah Tragedy of The Common

Lebo Taliwang mempunyai potensi yang sangat besar, baik potensi hayati maupun non-hayati. Namun hingga saat ini berbagai potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Ada banyak manfaat yang telah disumbangkan Lebo Taliwang bagi kehidupan masyarakat sekitarnya maupun bagi Kabupaten Sumbawa Barat pada umumnya. Namun dari sisi pengelolaan, Lebo Taliwang tampaknya tidak cukup mendulang perhatian yang sepadan sehingga dari tahun ke tahun terus mengalami degradasi.


Lebo Taliwang sebagai sumberdaya yang dapat diakses secara terbuka (open access resouces), sebagaimana dikatakan Garet Hardin (1968) mengalami The Tragedy of The Common. Banyak orang yang menuai manfaat dari keberadaan Lebo Taliwang, namun sebaliknya tidak banyak orang yang mau mempedulikan kelestariannya sehingga berujung pada terjadinya degradasi kualitas maupun kuantitasnya. Berikut ini berbagai isu dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan Lebo Taliwang.

Kelembagaan
Lebo Taliwang merupakan sumberdaya milik umum (common pool resources-CPRs) yang penting bagi masyarakat sekitarnya. Dalam banyak kasus, pengelolaan CPRs seperti danau ini seringkali mengalami masalah dalam keberlanjutannya karena setiap orang mempunyai minat untuk mengaskses manfaatnya secara terbuka, namun tidak banyak orang yang mempedulikan kelestariannya.
Pengelolaan kawasan Lebo Taliwang mengalami hambatan dalam hal kelembagaan sehingga melahirkan berbagai bentuk ketidak-sinkronan dan tidak terpadunya perencanaan, penyusunan program dan kegiatan, pemantauan dan evaluasi pembangunan yang dilakukan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan kesenjangan dan tumpang tindihnya peran antar-lembaga dalam pengelolaan sumber daya Lebo Taliwang. Koordinasi antar lembaga dan instansi merupakan syarat yang mendukung untuk dapat dilaksanakan strategi dan program aksi sampai mencapai sasaran atau target yang diinginkan.
Hingga saat ini, belum tersedia kelembagaan pengelolaan potensi Lebo Taliwang yang mapan dan mengakar di masyarakat. Sehingga diperlukan adanya penguatan keberadaan lembaga formal yang diintervensi melalui kebijakan pemerintah daerah maupun pada level yang lebih tinggi.
Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) harus lebih maksimal memainkan peran dan fungsinya dalam pengelolaan Lebo Taliwang. Begitu pula halnya dengan berbagai dinas dalam Pemerintah Daerah seperti Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan serta Dinas Parawisata harus menjadi lembaga terdepan dalam menjaga pemanfaatan dan pelestarian ekosistem danau.

Jumat, 10 Oktober 2008

Lebo Taliwang, Kekayaan Flora dan Fauna Sumbawa Barat


-->
Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati. Ekosistem danau tersebut merupakan sebuah unit ekologi yang fungsional bagi lingkungan sekitarnya karena di dalamnya berlangsung interaksi yang kompleks antara komponen biotik (manusia, hewan dan tumbuhan) dan komponen abiotik yang meliputi tanah, topografi dan iklim.
Segala sesuatu dalam sebuah ekosistem saling berhubungan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, sesuatu perubahan terhadap salah satu komponen dasar ekosistem, maka akan berdampak pada perubahan komponen-komponen yang lain, misalnya sistem air dan siklus airnya mengalami hambatan, maka akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan sistem hidup manusia, bahkan juga flora dan fauna di sekitar kawasan danau. Satu hal yang perlu diingat adalah keberagaman subsistem penyusun ekosistem danau diperkaya lagi oleh keberagaman jenis spesies dalam masing-masing subsistem. Beragam jenis spesies itu hidup pada masing-masing daerah yang terdapat di danau.
Lebo Taliwang, sebagaimana danau-danau lainnya mempunyai 4 daerah yang didasarkan pada kedalaman dan komunitas tumbuhan dan hewan yang menghuninya, yaitu :
1.      Daerah Litoral, yaitu daerah dangkal dimana cahaya matahari dapat menembus dengan optimal dengan komunitas organisme yang sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau. Suhu airnya hangat dan ditumbuhi oleh tanaman air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
2.      Daerah Limnetik, yaitu daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Komunitas yang menghuninya adalah golongan ganggang dan sianobakteri termasuk berbagai fitoplankton yang merupakan mangsa berbagai Zooplankton. Zooplankton selanjutnya merupakan makanan bagi ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi.
3.      Daerah Profundal, yaitu daerah dalam yang dihuni oleh komunitas cacing dan mikroba. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik.
4.      Daerah Bentik, yaitu daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme yang mati.
Sementara berdasarkan produksi materi organiknya, Lebo Taliwang dapat digolongkan sebagai danau eutropik karena perairannya dangkal dan kaya kandungan makanan. Berair keruh, di dalamnya terdapat bermacam-macam organisme yang menempatinya.
Menyimak penuturan beberapa penduduk di desa sekitar Lebo Taliwang. Sebenanrnya pada masa lalu perairan Lebo Taliwang tergolong dalam sehingga mencapai 8-10 meter. Dengan demikian, sebenanrnya pada masa lalu Lebo Taliwang merupakan danau oligotrofik yang telah berubah menjadi danau eutropik. Perubahannya ini terjadi secara berangsung-angsur disebabkan oleh aktivitas masyarakat, misalnya dari limbah dan buangan rumah tangga, pestisida pertanian dan sebagainya, yang memperkaya Lebo dengan kandungan nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi gulma air (blooming), dan akhirnya menghabiskan suplai oksigen di perairan tersebut.
Tonyong (teratai) merupakan salah satu
jenis flora endemik di Lebo Taliwang
Danau juga merupakan sumber keanekaragaman hayati yang harus diperhitungkan  dan dapat dimanfaatkan. Kehidupan akuatik yang terdapat di dalam danau merupakan simbiosa yang saling berketergantungan, karena di dalam danau terdapat flora baik sebagai fitoplankton maupun tumbuhan air tingkat tinggi yang mampu memproduksi makanan; fauna baik sebagai zooplankton maupun hewan lainnya, dan juga mikroorganisme/bakteri pengurai.
Keseimbangan ekosistem danau akan mempengaruhi produktivitasnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, misalnya ikan ataupun tumbuhan air lainnya yang dapat dikonsumsi dan bernilai ekonomis.
Keanekaragaman Flora
Identifikasi Flora Danau yang dilakukan Yayasan Serikat Tani Pembangunan sepanjang Maret dan April 2008 menemukan bahwa di perairan Lebo Taliwang terdapat berbagai 26 jenis gulma air (aquatic weeds) yang dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), antara lain: Eceng gondok (Eichornia crassipes),  Kiambang (Pistia stratiotes), Taleko ayam (Ludwigia adscendeus), Rebulino (Foligonum sp), dan Sekejut (Neptunia prostata).
2.      Gulma yang daunnya mengapung, sedangkan batang dan perakarannya tenggelam (Roated floating weeds), antara lain: Teratai (Nelumbium nelumbo  Linn); Teratai putih (Nymphaea alba); Kangkung (Ipomoea aquatica), lidah naga (Ottelia alismoides), dan Nymphoides indica.
3.      Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), antara lain: Ganggang Hydrilla verticillata, Ganggang Ceratophilum demersum; dan Ganggang Utricularia vulgaris.
4.      Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emergent weeds), antara lain: Turi rawa (Sesbania sericea); dan Rumput teki (Cyperus rotundus).
Di samping tumbuhan air tersebut di sempadan Lebo Taliwang juga ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan (marginal weeds) antara lain: Rumput Bebalung (Panicum repens); Gerempang/Rumput belulang (Eleusine indica); Kalamenta (Leersia hexandra); Tapak dara (Jussiaea sp); Paku Tanah (Pteris ensiformis); Tumbaran (Fimbristylis littoralis); Bayam pasir (Cyathula prostrata); Urang aring (Eclipta alba); Rumput bebek (Echinochoa colona); Ekor anjing (Heliotropium indicum); Ilalang (Imperata cylindrical); Gelagah (Saccharum spontaneum); Pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis); Putri malu (Mimosa pudica); Rambusa (Passiflora foetida); Dusty Miller (Senecio cineraria).
 Empat Kelompok Gulma Lebo Taliwang
Keanekaragaman Fauna
Ada 2 jenis hewan invertebrata yang ditemukan di Lebo Taliwang, yaitu Keong gonang (Pila sp); dan Kepiting sawah.
a. Mamalia
Informasi dari masyarakat yang dihimpun Yayasan Serikat Tani Pembangunan diketahui bahwa masih ada mamalia yang tersebar di beberapa hutan perbukitan sekitar Lebo Taliwang yaitu babi hutan, musang dan beberapa jenis kera.
b. Burung
Hasil pemantauan Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Nusa Tenggara Barat (KSDA NTB) dan Komunitas Hijau Biru-KHB (2007) mengidentifikasi bahwa di Lebo Taliwang terdapat 81 spesies burung dari 39 famili, antara lain:
1)      Famili Podicipedidae: Titihan telaga
2)      Famili Fregatidae: Cikalang besar
3)      Famili Phalacrocoracidae: Pecuk-padi hitam dan Pecuk-padi belang
4)      Famili Pelecanidae: Undan kacamata
5)      Famili Ardeidae: Cangak abu, Cangak merah, Kuntul besar, Kuntul perak, Kuntul kecil, Kuntul kerbau, Blekok sawah, Kokokan laut, Kowak-malam abu, Bambangan kuning, Bambangan merah.
6)      Famili Ciconiidae: Bangau Bluwok, Bangau Sandang Lawe
7)      Famili Threskiornithidae: Ibis roko-roko
8)      Famili Accipitridae: Elang tikus, Elang bondol, Elang alap coklat.
9)      Famili Falconidae: Alap-alap sapi
10)  Famili Dendrocygnidae: Belibis kembang, Belibis batu
11)  Famili Anatidae: Itik Benjut, Itik gunung
12)  Famili Phasianidae: Ayam hutan hijau, Gemak loreng
13)  Famili Rallidae: Tikusan merah, Tikusan alis putih, kareo padi, Mandar batu, Mandar Besar.
14)  Famili Jacanidae: Burung-sepatu jengger
15)  Famili Rostratulidae: Berkik kembang besar
16)  Famili Charadriidae: Trulek topeng, Cerek Kalung Kecil
17)  Famili Scolopacidae: Trinil kaki-hijau, Trinil semak, Berkik rawa, Kedidi ekor tajam
18)  Famili Sterninae: Dara Laut sayap hitam
19)  Famili Columbidae: Dederuk Jawa, Tekukur biasa, Perkutut Jawa, Perkutut Loreng.
20)  Famili Psittacidae: Perkici pelangi, Nuri pipi merah
21)  Famili Centropodidae: Bubut alang-alang
22)  Famili Apodidae: Walet sarang-putih, Walet sapi
23)  Famili Alcenidae: Raja-udang biru, Raja-udang erasia
Burung Mandar Batu  (Gallinula Chloropus
Salah satu jenis burung langka di Lebo Taliwang
(Sumber: Komunitas Hijau Biru, 2006).
24)  Famili Meropidae: kirik-kirik laut dan Kirik-kirik australia
25)  Famili Pittidae: Paok la'us
26)  Famili Hirundinidae: layang-layang api, Layang-layang batu, layang-layang loreng
27)  Famili Motacillidae: Apung tanah
28)  Famili Pycnonotidae: cucak kutilang
29)  Famili Dicruridae: Srigunting
30)  Famili Oriolidae: Kepodang kuduk hitam
31)  Famili Turdidae: Decu belang
32)  Famili Sylviidae: Kerakbasi ramai
33)  Famili Citiscolidae: Cici padi
34)  Famili Laniidae: Bentet kelabu
35)  Famili Meliphagidae: koakiu, Isap-madu australia
36)  Famili Nectariniidae: Burung madu kelapa, Burung madu Sriganti
37)  Famili Dicaeidae: Cabai dahi-hitam
38)  Famili Passerinae: Burung gereja-erasia, dan Gelatik Jawa, Manyar Jambul
39)  Famili Estridinae: Pipit zebra, Bondol taruk, Bodol peking, Bondol pancawarna, Bondol kepala pucat
c. Ikan
Lebo Taliwang juga kaya akan berbagai jenis ikan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat, antara lain: Belut (Monopterus albus); Sidat (Anguilla sp); Betok (Anabas testudineus); Gabus (Ophiocephalus striatus/ Channa striata); Gurami (Osphronemus gouramy); Kepala Timah (Aplocheilus panchax); Koan (Ctenopharyngadon idella); Lele (Clarias batrachus); Mujahir (Telapia mosambica); Nila (Tilapia nilotika); dan Sepat (Trichogaster pectoralis).
d. Reptil dan ampibi
Menurut informasi yang dihimpun Yayasan Serikat Tani Pembangunan diketahui bahwa di Lebo Taliwang terdapat beberapa jenis reptil dan ampibi, antara lain: Biawak (Varanus salvatoe); Ular piton (Python reticulates); Ular kobra (Naja sp); Kura-kura  (Cuora amboinensis); Katak kolong (Bufo melanostictus); Katak sawah (Rana cancrivora); Katak rawa (Rana limnocharis); Kadal kebun (Mabuya multifasciata); Katak sungai (Bufo asper); Katak kolam (Rana chalconota); Katak gading (Rana erythraea); Katak hijau (Occidozyga lima); Katak tegalan (Fejervarya limnocharis); Katak batu (Limnonectes macrodon), dan Katak pohon (Polypedates leucomystax).

Minggu, 08 Oktober 2006

Lebo Taliwang: Bermanfaat Ekonomi juga Berfungsi Ekologi


Secara administratif Lebo Taliwang berada di antara 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Taliwang dan Seteluk di Kabupaten Sumbawa Barat. Lebo Taliwang bersentuhan langsung dengan 5 desa yaitu Desa Meraran, Desa Ai Suning, Desa Rempe, Desa Seloto, dan Kelurahan Sampir Kabupaten Sumbawa Barat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 418/Kpts-II/1999b pada 15 juni 1999  luas induk Lebo Taliwang ditetapkan seluas 1.406 hektar. Sedangkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat disebutkan bahwa luas Lebo Taliwang sekitar 752 ha. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2007 disebutkan bahwa Lebo Taliwang ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam dalam bagian wilayah Rayon II. Dalam Rencana Tata Ruang Nasional, Lebo Taliwang termasuk dalam salah satu dari 351 daftar Kawasan Lindung Nasional.
Secara geografis, Lebo Taliwang berada pada ketinggian 7,5 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman perairan antara 0,70 meter sampai dengan 3,5 meter. Danau yang merupakan lahan basah alami daratan terluas di Provinsi Nusa Tenggara Barat ini mempunyai kapasitas tampungan air mencapai 170 juta meter kubik dan menyimpan potensi sumberdaya alam yang tinggi bagi perekonomian masyarakat sekitar, di antaranya sebagai areal penangkapan dan budidaya ikan air tawar, suplesi air irigasi pertanian, sumber air baku rumah tangga, dan potensi ekowisata. Selain itu, Lebo Taliwang juga berperan sebagai pengendali banjir tahunan Kota Taliwang Ibukota Kabupaten Sumbawa Barat.
Secara geografis, Lebo Taliwang berada pada 8o40’54“- 8o43’9“ Lintang Selatan dan 116o50’52“- 116o55’27“ bujur timur yang memanjang melintang dari utara ke selatan sepanjang + 5 km sebagai penghubung antara Sungai Seteluk dan Sungai Rempe sebagai inlet dan Sungai Taliwang sebagai outlet-nya. Bagian timur danau merupakan daerah perbukitan yang berderet dari utara ke selatan di antaranya Olat Pedatu Terate, Olat Liu, Olat Bara Batu, Olat Penyiong, Olat Sepang, dan Olat Cerme. 
  Peta Lebo Taliwang

Keberadaan bukit-bukit di sekitarnya sangat penting sebagai daerah tangkapan air. Bermuaranya Sungai Seteluk dan Sungai Rempe di Lebo Taliwang berpengaruh bagi perkembangan ekosistemnya karena merupakan inlet yang membawa berbagai macam limbah domistik dari pemukiman desa-desa di wilayah Kecamatan Seteluk ke dalam perairan Danau/Lebo.

Penduduk Sekitarnya
Keberadaan Lebo Taliwang bagi masyarakat sekitarnya tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan strategis seperti pengairan, penangkapan ikan, pemeliharaan ternak (unggas/itik), dan pengembangan flora dan fauna yang menjadi lahan dan lapangan kerja masyarakat, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata, yang meskipun belum dikelolah dan dikembangkan secara maksimal.
Secara sosial ekonomi pada Tahun 2005 terdapat 3.050 rumah tangga atau 11.368 jiwa yang bersentuhan langsung dengan fungsi dan manfaat Lebo Taliwang. Mereka hidup tersebar di 5 desa/kelurahan yaitu Desa Meraran, Desa Ai Suning, Desa Rempe, Desa Seloto, dan Kelurahan Sampir Kabupaten Sumbawa Barat.
Disadari maupun tidak, tentu ada begitu banyak anggota masyarakat yang selama ini telah menikmati manfaat atas keberadaan Lebo Taliwang. Ada ratusan keluarga nelayan dari desa-desa pinggirannya telah menghidupi kelurga mereka dari hasil  aktivitas menangkap ikan di Lebo Taliwang.
Data Badan Pemberdayaan Masyarakat-BPM Kabupaten Sumbawa Barat (2005) menunjukkan bahwa mayoritas (2,897 orang atau sekitar 65%) penduduk desa sekitar Lebo Taliwang bekerja sebagai petani. Sementara mereka yang bekerja sebagai peternak berjumlah 421 atau 9,5%. Mereka yang bekerja sebagai buruh tani berjumlah 409 orang atau sekiatar 9,2%.
Sedangkan mereka yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan berjumlah 257 orang atau 5% dari total jumlah penduduk desa sekitar Lebo Taliwang. Mereka hidup dari hasil menangkap ikan di Lebo Taliwang.
Jika dilakukan kalkulasi lebih detail, akan terlihat jumlah nelayan ini akan lebih besar lagi, sebab masyarakat desa pinggiran Lebo Taliwang yang menggantungkan hidup dari pekerjaan lainnya juga seringkali menjadi nelayan musiman. Misalnya mereka yang bekerja sebagai petani, pada saat musim kemarau mereka juga turut manangkap ikan di Lebo Taliwang untuk kebutuhan konsumsi keluarga atau untuk dijual.
Dari sisi manfaat dan fungsi Lebo Taliwang yang lain, tentu dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat mempunyai kepentingan yang besar terhadap kelangsungan keberadaan danau ini pada masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

Manfaat dan Fungsi Lebo Taliwang
Lebo Taliwang memiliki arti yang sangat penting pada masa lalu, sekarang dan akan datang bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Di antara manfaat Lebo Taliwang bagi masyarakat sekitar pada masa lalu dan saat ini yang telah teridentifikasi antara lain:

a.    Sumber tempat usaha penangkapan dan budidaya ikan
Sebagian masyarakat Desa Meraran, Desa Ai Suning, Desa Rempe, Desa Seloto, dan Kelurahan Sampir selama bertahun-tahun menggantungkan hidup dari hasil menangkap ikan air tawar di Lebo Taliwang. Mereka menangkap beberapa jenis ikan air tawar yang dominan hidup di perairan di antaranya mujair, sepat, nila, betok, gabus, sidat dan belut.
Penangkapan ikan oleh nelayan Lebo Taliwang dilakukan dengan menggunakan alat berupa jaring, pancing, sero’, bubu, tombak, jala buang, sangkap, poke’/rageng dan seser/blat.
Hasil tangkapan ikan merupakan sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Selain itu, mereka juga menjual hasil tangkapan ke tetangganya atau menjualnya secara langsung ke pasar Taliwang yang dilakukan oleh istri-istri mereka. Ada juga nelayan yang menjual hasil tangkapannya ke pelele (pembeli/pengumpul ikan). Para pelele membeli ikan dari nelayan secara kontan maupun dengan sistem panjar.
Ikan-ikan hasil tangkapan dijual oleh nelayan dengan sistem ikat atau sistem takaran. Sistem ini agak unik dan berbeda dengan sistem penjualan ikan di tempat-tempat lain yang menggunakan satuan berat kilogram. Setiap ikat berisi 5-15 ekor ikan tergantung ukuran ikan yang ditangkap. Jika berukuran besar, maka jumlah ikan dalam setiap ikat semakin sedikit.
 Seorang Nelayan sedang melakukan penangkapan ikan 
dengan Perahu kayu
Selain sebagai tempat usaha penangkapan ikan, Lebo Taliwang juga potensial untuk pengembangan budidaya air tawar sistem karamba. Pada Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah memberikan fasilitas karamba jaring apung untuk budidaya ikan nila kepada para nelayan Lebo Taliwang yang bermukim di Desa Meraran. Namun, tampaknya usaha ini tidak cukup sukses karena kualitas air Lebo Taliwang tidak cukup memberikan pertumbuhan ikan secara wajar. Salah satu penyebabnya adalah eutrofikasi yang begitu cepat sehingga menutup perairan budidaya karamba.

b.    Sumber pangan berkhasiat
Berbagai jenis teratai yang tumbuh di Lebo Taliwang telah dimanfaatkan bagian-bagiannya oleh masyarakat sekiatr sebagai pangan alternatif. Dalam buah teratai terdapat biji-biji yang berbentuk bulat seperti kacang tanah yang bisa dikonsumsi dan dikenal mempunyai berbagai khasiat untuk mengobati berbagai penyakit seperti diare, disentri, keputihan, demam, susah tidur, hipertensi, muntah darah, mimisan, batuk darah, sakit jantung, beri-beri, sakit kepala, berak dan kencing darah, anemia, dan ejakulasi. Sedangkan rimpang (disebut dengan lomar dalam bahasa lokal) yang menjalar di dasar Lebo mengandung tepung dan sering diambil masyarakat untuk membuat bubur yang juga berkhasiat sama seperti biji-biji buahnya.

c.    Sarana Penelitian
Menurut Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbawa, Lebo Taliwang memiliki potensi berbagai jenis flora yang merupakan vegetasi asli hutan tropis antara lain: Lita (Alstonia scholaris); Berora (Klenhovia hosvita); Ketimus (Protium javanicum) dan Bungur (Lagerstoemia indica). Adapun jenis tumbuhan air lain yang menutupi perairan Lebo Taliwang yaitu eceng gondok. Berdasarkan hasil pengamatan KSDA, kawasan hutan sekitar Lebo Taliwang menyimpan sekitar 25 jenis fauna, utamanya satwa-satwa penghuni habitat air tawar yang meliputi jenis burung antara lain : Bangau Hitam (Liconia episcopus); Itik Liar (Cairima scutulata); Kuntul Putih (Egreta egretta) serta Burung Pelikan (Pelicanedae). Jenis burung terakhir ini merupakan jenis burung migrant, yang berasal dari Australia. Babi hutan, kera abu-abu dan ayam hutan juga terdapat pada daerah perbukitan, serta berbagai jenis reptil seperti ular sanca/sawah, kura-kura dan biawak yang menempati lokasi bagian selatan Lebo Taliwang (BKSDA NTB, 2005).
Berbagai kekayaan hayati yang beraneka ragam yang dimiliki Lebo Taliwang merupakan daya tarik yang luar biasa. Dari sisi ilmu pengetahuan, kekayaan yang dimiliki Lebo Taliwang dapat menjadi obyek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahun yang sangat bernilai tinggi.

d.    Sarana Rekreasi
Lebo Taliwang merupakan salah satu alternatif lokasi memancing yang mengasyikkan bagi sebagain kalangan yang hobi memancing. Aktivitas ini semakin digemari belakangan ini. Sebagian orang menganggapnya sebagai olahraga sekaligus hiburan. Ada sensasi tertentu yang tercipta saat memancing diyakini bisa menciptakan perasaan lega dan melepaskan kejenuhan otak. Kegiatan ini juga dipercaya mampu menjadi terapi untuk mengusir stress. 

Memancing sebagai salah satu aktivitas rekreasi 
di Lebo Taliwang
 

Sekilas, memancing memang sebuah profesi utama bagi nelayan. Karena bagi nelayan memancing bukanlah tergolong hobi, tapi sebagai penghasilan utama untuk bertahan hidup. Kini, ada juga yang menganggap memancing merupakan alternatif yang tepat untuk mengisi waktu luang. Bahkan, memancing bisa dibilang bagian dari gaya hidup.
Tidak hanya masyarakat sekitarnya yang datang memancing di Lebo Taliwang. Saat ini semakin banyak pula masyarakat dari Kota Taliwang dan sekitarnya yang datang memancing untuk sekedar hiburan. Mereka mengisi waktu libur bekerja untuk menghilangkan kejenuhan dengan memancing di Lebo Taliwang.

e.    Sumber air untuk industri air bersih dan irigasi pertanian sekitar
Lebo Taliwang mempunyai kapasitas tampungan air mencapai 170 juta meter kubik yang merupakan potensi strategis untuk pengembangan industri air bersih (Tahir, 1992). 

Pemanfaatan Air Lebo Taliwang untuk Industri Air Minum

Depot air minum Mawaddah yang dikelola oleh CV. Syihab Brothers milik H. Abdul Kadir Syihab merupakan satu-satunya perusahaan air mineral yang telah melakukan usaha pengemasan air bersih di tepi sebelah barat Lebo Taliwang.

f.     Lebo Taliwang sebagai Pengendali Banjir Tahunan
Kota Taliwang ibukota Kabupaten Sumbawa Barat merupakan daerah bantaran sungai dan berada pada daerah cekungan yang dikelilingi oleh perbukitan. Dosen senior Institut Tehnologi Nasional (ITN) Malang, Ir. H. Sudirman Indra, M.Sc menganalisa, bahwa kondisi tofografi daratan Kabupaten Sumbawa Barat sebenarnya rawan terhadap banjir. Selain elevasi daratan yang tidak lazim karena berada di lembah yang dikelilingi perbukitan (Koran Kobar, 23 Januari 2008).
Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat yang tergolong merupakan wilayah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan cukup pendek yaitu berlangsung dari Nopember sampai Maret (5 bulan), sedang musim kemarau dari bulan April sampai Oktober (7 bulan).  Total hari hujan pada tahun 2004 sebanyak 95 hari dengan dengan total curah hujan sebesar 2.156 mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (Biro Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa dan Bappeda Sumbawa Barat, 2004).
Dengan kondisi yang demikian, jika curah hujan tinggi, kucuran air bah dari hutan dan kawasan perbukitan mengalir begitu cepat, menjadi salah satu penyebab sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa Barat termasuk Kota Taliwang mendapatkan banjir kiriman setiap tahunnya. Sementara bendungan yang ada saat ini tidak mampu menahan atau setidaknya mengendalikan luapan air bah dari sejumlah anak sungai di hulu Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat.
Pada Tahun 2000-an, setidaknya telah terjadi 2 kali banjir yang melanda Kota Taliwang yaitu banjir bandang akhir Tahun 2000 dan kembali terjadi pada akhir Tahun 2007. 
Banjir Kota Taliwang akhir Tahun 2007 

Pada masa lalu, Lebo Taliwang mempunyai fungsi yang strategis sebagai pengendali banjir tahunan yang sering melanda Kota Taliwang. Namun sejak terbangunnya saluran irigasi permanen pada Tahun  1992 yang membujur dari timur ke barat di bagian selatan Lebo Taliwang menjadi penghalang masukkannya luapan air dari Sungai Taliwang (Brang Penemu) menuju areal Lebo Taliwang. Luapan air terhalang untuk masuk ke dalam areal danau dan kembali menghantam pemukiman penduduk Kota Taliwang.

Fungsi Ekologi Lebo Taliwang
Selain manfaat dan fungsi Lebo Taliwang yang telah dinikmati oleh masyarakat sekitarnya sebagaimana tersebut di atas, Lebo Taliwang, sebagai danau-danau lainnya di dunia diharapkan juga mampu berfungsi ekonomi, ekologi dan sosial, antara lain:
1)   sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik
Ekosistem Lebo Taliwang kaya akan berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Tercatat 81 jenis burung yang hidup di perairan danau ini disamping beberapa jenis ikan, mamalia, reptil dan amphibia.

2)   sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting
Adanya danau dalam satu kesatuan ekosistem merupakan habitat berbagai jenis flora dan fauna. Berbagai jenis flora dan fauna kehidupannya sangat tergantung dengan adanya danau. Berbagai jenis burung dan tumbuhan tertentu serta hewan-hewan air dapat hidup dan berkembang biak tergantung dari keberadaan danau, sehingga danau turut membantu melestarikan keanekaragaman hayati.
Lebo Taliwang merupakan salah satu penghasil ikan air tawar yang potensial. Masyarakat sekitar secara turun-temurun menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

3)   sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian)
Banyak danau di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai sumber air oleh masyarakat. Masyarakat di sekitar Lebo Taliwang umumnya memanfaatkan air danau untuk keperluan sehari-hari dan sebagian lagi menggunakannya sebagai air minum ternak dan sekaligus sebagai tempat memandikannya. Selain itu, Air Lebo Taliwang juga dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi maupun industri.
Industri air kemasan merupakan salah satu usaha yang dapat dikembangkan di perairan Lebo Taliwang. Setidaknya sejak tahun 2007 lalu telah berdiri sebuah unit usaha pengemasan air mineral di tepi barat Lebo Taliwang yang dikelola oleh CV. Syihab Brothers.

4)   sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah
Lebo Taliwang mempunyai fungsi hidrologis sebagai tempat penampungan air, baik yang berasal dari hujan maupun dari air Sungai Seteluk dan Sungai Rempe. Air yang tertampung di dalamnya merupakan pemasok air ke aquifer, dan air tanah.
Pada waktu musim hujan Lebo Taliwang dapat menyimpan kelebihan air yang berasal dari air hujan maupun dari sungai yang bermuara di dalamnya. Kelebihan air Sungai Seteluk dan Sungai Rempe bahkan kadang-kadang dari Sungai Taliwang yang sebenarnya merupakan outlet Lebo Taliwang pada waktu musim hujan masuk ke dalamnya dan dalam waktu tertentu air akan tersimpan. Dengan demikian Lebo ini berfungsi mengurangi volume air pada waktu musim hujan sehingga dapat menjadi pengendali banjir sekaligus mempertahankan persediaan air pada musim kemarau.

5)   memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat
Lebo Taliwang pada dasarnya merupakan ekosistem yang terdiri unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permukaan air sehingga keberadaan danau mampu mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Keberadaannya memegang peranan dalam sistem hidrologis yang menjamin keseimbangan dan ketersediaan air permukaan dan air tanah, serta menjaga kelembaban udara sekitarnya melalui proses evapotranspirasi.

6)   sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya
Bagian timur Lebo Taliwang merupakan daerah perbukitan yang berderet dari utara ke selatan. Sekeliling perbukitan tersebut merupakan lahan pertanian seperti sawah dan kebun yang sebagian dimiliki oleh masyarakat Taliwang. Setiap musim panen, mereka mengangkut hasil pertanian dengan menggunakan sampan melewati Lebo Taliwang.

7)   sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata
Meskipun belum dikelola secara baik, Lebo Taliwang tetap menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar sebagai tempat rekreasi dan olahraga memancing. Sesekali juga masyarakat sekitar menyelenggarakan lomba olahraga dayung sampan di dalamnya.
Mengingat potensi yang dimilikinya, Lebo Taliwang sangat cocok sebagai tempat rekreasi, olah raga air dan taman perahu. Ke depan, jika potensi ini dikembangkan, maka keberadaannya secara ekonomi akan mampu menunjang pendapatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tentu masih banyak lagi kekayaan manfaat dan fungsi Lebo Taliwang yang masih tersimpan dan sampai saat ini belum dikembangkan. Mengingat berbagai keunggulan yang dimilikinya, tentu melestarikan Lebo Taliwang harus menjadi tanggung jawab bersama agar kelangsungan manfaat dan fungsinya senantiasa dapat berlanjut dan diwarisi oleh generasi manusia di masa yang akan datang.